Kebangkitan Nasional dan Mewujudkan Indonesia yang Bekerja Nyata, Mandiri dan Berkarakter

Tanggal Publikasi Jun 17, 2016
626 Kali

Jakarta. Upacara memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke 108 di lingkungan Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri. Jumat, (20/05/2016). Kebangkitan Nasional tahun ini bertemakan "Mengukir Makna Kebangkitan Nasional dengan Mewujudkan Indonesia yang Bekerja Nyata, Mandiri dan Berkarakter".  

Dalam momentum Hari Kebangkitan Nasional tersebut, Direktur SUPD II, Drs. Sugiyono, M.Si yang juga sebagai pembina upacara membacakan sambutan dari Menteri Kominfo Rudiantara bahwa, salah satu inspirasi yang bisa kita serap dari berdirinya Boedi Oetomo sebagai sebuah organisasi modern di tahun 1908 adalah munculnya sumberdaya manusia Indonesia yang terdidik, memiliki jiwa nasionalisme kebangsaaan, dan memiliki cita-cita mulia untuk melepaskan Indonesia dari penjajahan.

Tampilnya sumberdaya manusia terdidik telah mendorong kebangkitan nasional di tahun 1908 dan berkumpulnya semua pemuda-pemudi dari seluruh Nusantara untuk mengikrarkan Sumpah Pemuda di tahun 1928 . Melalui perjuangan kaum muda yang terdidik yang tak kenal lelah inilah bangsa ini berdiri sampai pada pintu kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Sejak diproklamirkannya bangsa ini, para pemuda pergerakan dan tokoh-tokoh perjuangan telah  menetapkan hati bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, dan tidak dapat diubah walaupun dalam kondisi apa pun. NKRI adalah negara demokrasi yang berlandaskan Pancasila yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan adat istiadat yang hidup ditengah masyarakat. Wilayah NKRI terbentang luas dari Sabang sampai Merauke, terdiri dari 17 ribu pulau, dihuni oleh penduduk 254 juta jiwa, 1300 suku bangsa dan 746 bahasa daerah, dan garis pantai sepanjang 99.930 m2.

Menjadi kewajiban seluruh komponen bangsa dan secara konsisten untuk menjaga, melindungi dan memelihara tegaknya NKRI dari gangguan apapun baik dari internal maupun eksternal dengan cara menerapkan prinsip dan nilai-nilai nasionalisme dari kehidupan sehari-hari. Komitmen terhadap keutuhan NKRI dan momentum Kebangkitan Nasional yang terjadi di era globalisasi saat ini dan ancaman dan tantangan NKRI tidak akan pernah surut, apakah dalam bentuk radikalisasi, terorisme atau pun paham-paham yang berbahaya. Era globalisasi dan kemajuan teknologi telah memberikan medium bagi penyebaran dan praktek-praktek dari ideologi-idelogi yang mengancam keutuhan bangsa Indonesia.

Persoalan yang tidak kalah pentingnya tentang ketahanan bangsa, bagaimana saat ini munculnya kekerasan dan pornografi yang dilakukan oleh generasi muda. Kekerasan dan pornografi telah menjadi virus yang berbahaya dan meracuni generasi muda saat ini. Teknologi digital telah menjadi "pintu" penyebaran informasi baik positif maupun negatif, secara cepat dan masif. 

Dalam konteks internasional dan pergaulan global, kemajuan teknologi dan semakin derasnya arus informasi yang tersebar baik dari portal berita dan media sosial dapat menjadi sebuah ancaman yang nyata terhadap keutuhan NKRI. Media saat ini dapat menjadi pintu masuk dari berbagai paham-paham dari luar yang dapat mengancam kepentingan nasional dan memecah belah bangsa.

Tantangan Indonesia saat ini harusnya dijawab dengan memfokuskan pada kerja nyata, kemandirian dan berkarakter. Kerja nyata, kemandirian dan karakter semua terpusat pada pemahaman pada kompetisi global dan memenangkan kompetisi ini dengan karya-karya nyata. Indonesia tidak mungkin lagi menjadi penonton atau hanya pemakai dari berbagai produk-produk inovatif yang dikembangkan oleh asing, saatnya anak-anak bangsa ini menjadi pelopor dari Kebangkitan Nasional saat ini.

Pada aspek kerja nyata, mandiri dan karakter di dalam lingkungan pemerintahan tentunya membutuhkan proses kerja yang efesien, transparan dan pelayanan yang tepat waktu. Mengutip pernyataan proklamator bangsa, Ir. Soekarno, bahwa membangun sebuah bangsa, membangun ekonomi, membangun teknik dan membangun pertahanan adalah pertama-tama dan tahapan utamanya membangun jiwa bangsa. Keahlian menurut bung Karno tanpa dilandasi pada jiwa yang besar akan kesulitan untuk mencapai tujuannya. Kebangkitan Nasional yang ke 108 saat ini tentunya bukan sekedar seremonial, tetapi diharapkan menjadi momentum kebangkitan bangsa untuk menjawab tantangan zaman dan juga tantangan terhadap keutuhan bangsa.